Senin, 13 Oktober 2014

Hamdani

Berdirinya Timnas Indonesia



Timnas Indonesia berdiri sejak PSSI Lahir tahun 1930 dengan itu timnas pertama dibuat dengan campuran pemain Belanda, cina, pribumi

Di Piala Dunia 1938
Berbicara tentang Piala Dunia, Indonesia sebenarnya pernah berpartisipasi dalam pentas sepakbola antar negara terbesar itu. Mengusung nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), Indonesia bermain untuk pertamakalinya pada Piala Dunia Perancis, 1938. Para pemain asli Indonesia maupun warga Tionghoa dan Belanda bergabung dalam tim Hindia Belanda itu. Mereka diantaranya ; Anwar Sutan, Achmad Nawir, Mo Heng, Hong Djien, Henk Zomers, dan G Van Den Burg. Nama-nama mereka mungkin saja masih kurang akrab di telinga kita dibanding skuad tim Olimpiade Melbourne 1956 seperti Djamiat Dalhar, Thio Him Tjiang, Kiat Sek, Ramang, atau LH Tanoto (Tan Liong Houw) yang hingga kini masih melegenda.
Kendati bisa disebut berbau keberuntungan, karena Hindia Belanda tampil di Piala Dunia atas dasar penunjukan FIFA sebagai dampak Jepang yang urung tampil di event tersebut, namun kehadiran Dutch East Indies tetap tercatat dalam sejarah sebagai negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia.
Namun sungguh sayang pada pertandingan perdananya tim Hindia Belanda sudah harus menghadapi tim favorit, Hungaria. Sedikitnya 9000 penonton yang memenuhi Stade Velodrome Municipal di kota Reims, Perancis, 5 Juni 1938, sore hari itu menyaksikan tim bagaimana tim Hindia Belanda dikandaskan 0 – 6 (0 – 4) oleh Hungaria.
Achmad Nawir dkk. harus mengakui bahwa mereka kalah kelas dari Hungaria yang diperkuat bintang-bintang pada zamannya, seperti Gyorgy Sarosi dan Gyula Zsengeller. Gawang Hindia Belanda yang dijaga Mo Heng harus bobol sebanyak enam kali tanpa balas oleh tendangan Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller maupun Kohut Vilmos dan Geza Toldi. Sarosi dan Zsengeller bahkan kemudian masuk daftar 3 besar pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 1938.
Tim Indonesia saat itu memang bukan yang terbaik. Pasalnya pemain sekelas Djawad, Jazid, Moestaam atau Maladi tak dilibatkan. Boleh jadi bila mereka tergabung dalam skuad Dutch East Indies bisa lain ceritanya. Organisasi PSSI yang masih belum rapi sebelum Indonesia merdeka kemungkinan menjadi penyebab Belanda melakukan sistem asal-asalan dalam hal perekrutan pemain.
Hingga 1945 memang tercatat masih ada dua badan yang mengendalikan sepakbola Indonesia yakni PSSI dan Nederland Indische Voetbaal Unie (NIVU). Baru pada tahun 1949, pemerintah Indonesia kemudian menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).
Kendati demikian prestasi tim Hindia Belanda yang diasuh Johannes Van Mastenbroek itu tetap patut diberi acungan jempol, karena tim sekelas Swedia pun dibantai Hungaria di babak semifinal dengan skor telak 0 – 5. Dan Hungaria-lah yang kemudian tampil sebagai runner up di kejuaran tahun 1938 tersebut, setelah Hungaria menyerah 2 – 4 pada Italia di babak final.
Berikut ini data skuad tim Hindia Belanda (Dutch East Indies) pada Piala Dunia Perancis pada 1938 : Tan Mo Heng (GK), Anwar Sutan, Tan Hong Djien, Frans Hu Kon, Frans Meeng, Tjaak Pattiwael, Jack Samuels, Suvarte Soedarmadji, Achmad Nawir, Henk Zomers, Hans Taihuttu
Cadangan
J Harting (GK), Bing Mo Heng, G Van Den Burg, G Faulhaber, R Telwe, Tan Se Han, Dorst, Teilherber
Pelatih : Johannes Van Mastenbroek. (indra kh/ berbagai sumber*) Piala Dunia 1938

Prestasi Setelah itu

“Bila kita mengorek sejarah persepakbolaan nasional, momen Olimpiade Melbourne pada tahun 1956 masih dianggap sebagai salah satu prestasi yang paling fenomenal.
Bila kita mengorek sejarah persepakbolaan nasional, momen Olimpiade Melbourne pada tahun 1956 masih dianggap sebagai salah satu prestasi paling fenomenal. Kala itu timnas Indonesia yang dilatih Toni Pogaknik asal Yugoslavia berhasil masuk Olimpiade dan mencatat hasil gemilang dengan menahan Uni Soviet 0-0 dalam pertandingan pertama. Namun sebagian besar pemain kemudian mengalami cedera dan kelelahan sehingga harus takluk dalam pertandingan playoff dengan skor 0-4. setalah itu taka ada prestasi membanggakan selain penampilan menawan di piala asia 2007

Rabu, 08 Oktober 2014

Renungan Mengingat Mati

Blog Aa Hamdani - Assalamualaikum sobat-sobat yang baik dan budiman, tepat sebelum Ashar ane akan memposting Artikel Renungan Menarik dan Inspiratif Insya Allah Tentang Mengingat Kematian, yuk sama-sama kita simak..


Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal kita mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?

"Sesungguhnya kematian adalah hak, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS: Qaaf: 19)

Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR: At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)

Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!

Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Alloh Subhanahu Wa Ta'ala menamakannya dengan 'musibah maut' (QS: Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta'atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS: Fushshilat: 24, QS: Al-Mu'minun: 99-100)

Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda, yang artinya: "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)" (HR: At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahulloh berkata, "Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan", merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.

Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati") sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!"

Siapa Orang Yang Paling Cerdik?

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?" Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)

Faedah Mengingat Kematian

Di antara faedah mengingat kematian adalah:

Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya. Memperpendek angan-angan berlebihan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian. Menjauhkan diri dari cinta dunia dan membiasakan diri menjadi orang yang Qanaah dantidak serakah. Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.

Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia. Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi. Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu. Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu Begitu pula memberikan semangat untuk benar-benar melakukan suatu pekerjaan secara baik dan optimal. Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim. Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan orang lain.